Heri Mahbub
10 penyakit batin menurut Al-Qur’an ini menjadi sumber utama lemahnya kesehatan jiwa. Penyakit ruhani manusia. Dari cinta dunia berlebihan, putus asa, zalim hingga mengingkari Al-Qur’an. Kenali tanda-tandanya dan temukan solusinya di Quran medis penerbit Cordoba.
Quran Cordoba - Sumber penyakit batin manusia tidak hanya berpotensi menghadapi kelemahan fisik, tetapi juga terus menggerogoti jiwa dan spiritualitasnya. Dalam perspektif Islam, penyakit batin merupakan akar dari banyak problem psikologis dan ketidakseimbangan hidup.
Al-Qur’an telah memberi sinyal tentang kondisi batin manusia yang bisa menjadi sebab lemahnya hubungan dengan Allah, penyakit ruhani, kehilangan jati diri sebagai hamba-Nya, lupa kepada sesama, bahkan diri sendiri. Terjangkit iri, dengki, riya, ujub, takabur, munafik dan penyakit hati lainnya.
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10)
Berikut ini adalah 10 penyakit batin manusia menurut Al-Qur’an dan relevansinya dengan kesehatan mental dan jiwa menurut spiritualitas Islam:
“Tidak! Bahkan kamu mencintai kehidupan dunia, dan mengabaikan (kehidupan) akhirat.” (QS. Al-Qiyamah: 20-21)
Kecintaan berlebihan pada dunia dapat menyebabkan kecemasan, iri hati, dan kehilangan arah hidup. Dalam psikologi, ini dikenal sebagai materialistic value orientation yang dapat menurunkan ketenangan jiwa dan kesejahteraan psikologis.
“...Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak membantah.” (QS. Al-Kahfi: 54)
Sikap keras kepala dan menolak nasihat dapat menjadi tanda gangguan ego yang tinggi. Hal ini dapat menghambat proses refleksi diri dan pertumbuhan spiritual. Bantahan ini bersumber dari kesombongan dan hawa nafsunya.
“Tetapi manusia hendak membuat maksiat terus-menerus.” (QS. Al-Qiyamah: 5)
Perilaku adiktif terhadap dosa seringkali menjadi pelarian dari kehampaan batin. Dalam psikoterapi, kondisi ini mirip dengan coping mechanism negatif terhadap tekanan. Salah dalam pencarian kebahagiaan hidupnya.
Maka, kebahagiaan spiritual, ikhlas ibadah meraih rido Allah, selamat dalam beragama di dunia dan akhirat adalah solusi menjauhi kemaksiatan.
“Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim: 34)
Zalim berarti tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya, baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun Allah. Ini dapat menimbulkan konflik batin yang berkepanjangan.
Artinya: “Manusia diciptakan (bersifat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Ku. Maka janganlah kamu meminta Aku menyegerakannya. (QS. Al-Anbiyaa 37)
Sifat tergesa-gesa erat kaitannya dengan kecemasan dan kurangnya ketenangan jiwa. Dalam psikologi disebut sebagai low frustration tolerance, kondisi di mana individu sulit bersabar terhadap proses. Banyak berzikir dan ingat Allah akan membuat jiwa tenang dan tidak impulsif.
“Dan manusia itu memang sangat kikir.” (QS. Al-Isra: 100)
“Sungguh, manusia diciptakan bersifat suka mengeluh.” (QS. Al-Ma’arij: 19)
Kekikiran dan keluh kesah merupakan bentuk resistensi terhadap takdir dan kekurangan rasa syukur. Ini penyakit batin bisa mengarah pada gejala neuroticism dalam psikologi, yakni kecenderungan mengalami emosi negatif. Solusinya tentu harus senantiasa bersikap positif dengan takdir yang terjadi.
“Dan sungguh, apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat dari Kami, dia menyambutnya dengan gembira; tetapi jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar), sungguh, manusia itu sangat ingkar (kepada nikmat). (QS. Asy-Syura 48)
Rasa tidak puas dan lupa bersyukur bisa menjadi pintu masuk penyakit psikis seperti depresi ringan atau stress. Spiritualitas Islam menekankan pentingnya syukur sebagai penyeimbang jiwa. Wahai manusia berhati-hatilah, itulah peringatan ayat tersebut,
“...sungguh, manusia itu sangat ingkar (kepada nikmat).”
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, sehingga Allah menjadikan mereka lupa akan diri sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr: 19)
“Sungguh, manusia itu benar-benar melampaui batas.” (QS. Al-Alaq: 6)
Lalai terhadap nikmat Allah dan merasa tidak butuh bimbingan adalah bentuk keangkuhan batin. Dalam psikologi spiritual, ini adalah kondisi hati yang tertutup dari cahaya ilahi.
Artinya: “Dan jika Kami berikan rahmat Kami kepada manusia, kemudian (rahmat itu) Kami cabut kembali, pastilah dia menjadi putus asa dan tidak berterima kasih.” (QS. Hud 9)
Putus asa adalah penyakit batin serius yang bisa menuntun pada gangguan mental berat. Dalam Islam, husnuzan (berprasangka baik kepada Allah) dan optimis adalah terapi hati yang diajarkan untuk melawan keputusasaan.
Artinya: “Dan sungguh, Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur'an ini dengan bermacam-macam perumpamaan, tetapi kebanyakan manusia tidak menyukainya bahkan mengingkari(nya). (QS. Al-Isra: 89)
Mengabaikan petunjuk Al-Qur’an berarti membiarkan jiwa kehilangan arah. Mengingkari kitab suci, tanda kematian hati. Dalam konsep spiritual well-being, Al-Qur’an adalah sumber utama orientasi hidup yang bermakna.
Penyakit batin dalam Al-Qur’an bukan hanya peringatan keagamaan, tetapi juga panduan psikologis. Dengan mengenal dan mengatasi 10 penyakit jiwa ini, kita bisa membangun kesehatan mental dan spiritual yang lebih kuat.
Islam telah memberikan terapi bagi hati: dzikir, syukur, tawakal, sabar, dan cinta yang lurus kepada Allah. Dengan hikmah ibadah, kesehatan ragawi dan ruhani yang menjadi pilar pola hidup sehat ala Nabi.
Sebagaimana dalam hadis Rasulullah ﷺ: "Ketahuilah, dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Semoga Allah menjaga hati dan jiwa kita dari penyakit batin yang menyesatkan. Aamiin
Wallahu'alam bishawab
Referensi:
*Tafsir ringkas kemenag
*Quran Medis dan Jurnal Kesehatan