Heri Mahbub
Temukan 7 rahasia persiapan Allah untuk Nabi Muhammad ﷺ sebelum kenabiannya, mulai dari menggembala kambing, gelar al-amin, hingga pertanda peristiwa [irhas] kelahirannya. Artikel juga mengulas Syamail Muhammadiyah penuh hikmah dan tanda-tanda kenabiannya.
Quran Cordoba - Sebelum Nabi Muhammad ﷺ diangkat menjadi Rasul, Allah telah mempersiapkan beliau melalui berbagai peristiwa yang penuh hikmah. Zaman itu dikenal dengan masa jahiliyah, kebodohan merajalela, kegelapan terasa di segala aspek kehidupan.
Setiap episode kehidupan Rasulullah sesuai Syamail Muhammadiyah—tentang kelahirannya yatim, masa kecilnya mandiri, perjalanan dagang, hingga kecintaannya terhadap kesunyian—adalah bagian dari rancangan ilahi untuk membentuk manusia paling sempurna yang akan membawa risalah terakhir bagi umat manusia.
Abad ke 6 Masehi. Allah mempersiapkan utusan-Nya. Tidak hanya itu, kelahiran beliau pun didahului oleh pertanda-pertanda besar yang mengguncang bumi dan langit. Abad itu, masa paling gelap dan kelam bumi, terjadi berbagai gempa, gunung meletus, dan musibah lainnya.
Melansir dari National Geographic, tahun 536 M adalah masa paling gelap dunia, matahari menjadi gelap dan kegelapannya berlangsung selama 18 bulan, cahayanya hanya seterang bulan, karena kabut yang menutupi langit.
Itulah peristiwa kegelapan di abad tersebut, selain jahiliyah dalam akhlak dan keimanan. Hikmah menjelang kelahiran Rasulullah di tahun 571 M, datangnya Cahaya bagi alam semesta.
Semua ini menjadi bukti bahwa kehadiran Nabi Muhammad ﷺ bukanlah kebetulan dalam sejarah, melainkan perencanaan dan puncak dari sebuah skenario ilahi yang telah tertulis sejak awal.
Dalam Syamail Muhammadiyah, dari Jabir bin Samurah, dia berkata, “Aku melihat tanda kenabian di antara kedua bahu Rasulullah, yaitu sebuah benjolan berwarna merah, seperti telur burung dara.” (HR. Tirmizi)
Sedangkan dalam perjalanannya ada beberapa bimbingan sebelum menjadi Rasul, yaitu:
Sejak usia muda, Rasulullah ﷺ pernah menjadi penggembala kambing. Pekerjaan sederhana ini ternyata menyimpan pelajaran mendalam. Menggembala melatih kesabaran, ketelatenan, dan kepemimpinan.
Rasulullah belajar bagaimana merawat, melindungi, dan mengarahkan makhluk lemah—keterampilan yang kelak menjadi modal utama dalam membimbing umat manusia.
Sebagaimana beliau bersabda:
“Tidaklah seorang nabi diutus kecuali pernah menggembala kambing.” (HR. Bukhari)
Ini adalah madrasah kehidupan pertama bagi Rasulullah. Dengan menjaga kawanan kambing, beliau belajar untuk menuntun umat dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.
Di masa muda, Mekah dipenuhi budaya jahiliah—hiburan, syair kebatilan, dan pesta pora. Namun, Allah ﷻ menjaga Rasulullah dari hal-hal sia-sia bahkan sebelum beliau menerima wahyu.
Riwayat menyebutkan bahwa ketika Rasulullah sempat mendekati sebuah pesta kaum Quraisy, beliau justru tertidur sebelum sampai.
Hal ini adalah isyarat bahwa kesucian misi kenabian menuntut kesucian pribadi. Allah telah menyiapkan Nabi-Nya untuk menjadi teladan moral bagi umat manusia.
Sebelum wahyu turun, Rasulullah ﷺ telah dikenal luas dengan julukan al-Amîn—“yang terpercaya.” Gelar ini diberikan bukan tanpa alasan. Kejujuran dan amanah beliau membuat semua orang, bahkan musuh sekalipun, mempercayainya.
Gelar al-Amîn menjadi modal penting dalam dakwah, karena ketika Rasulullah menyampaikan wahyu, masyarakat sudah mengenal reputasinya sebagai orang yang tidak pernah berbohong.
Rasulullah ﷺ juga pernah mengikuti kafilah dagang ke Syam, baik di masa kecil bersama Abu Thalib maupun di masa dewasa saat membawa dagangan Khadijah. Dalam perjalanan itu, beliau berinteraksi dengan berbagai bangsa dan budaya.
Perjalanan ini membentuk perspektif global Rasulullah, mengenalkan beliau pada kondisi sosial, politik, dan ekonomi umat manusia. Ini adalah bekal penting untuk menjadi da’i universal—membawa Islam bukan hanya untuk Arab, tetapi untuk seluruh dunia.
Pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Khadijah bukan sekadar kisah cinta, melainkan bagian dari persiapan ilahi. Khadijah memberikan stabilitas emosional dan dukungan finansial yang memungkinkan Rasulullah fokus pada misi kenabian.
Tanpa keberadaan Khadijah, perjuangan dakwah di masa awal mungkin akan terasa jauh lebih berat. Beliau adalah bukti bahwa lingkungan yang mendukung sangat berperan dalam keberhasilan misi kenabian.
Rasulullah ﷺ memiliki kebiasaan menyendiri di Gua Hira untuk tahannuts—merenung, beribadah, dan mencari kebenaran. Dari hiruk-pikuk jahiliah, beliau memilih kesunyian untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Inilah bukti kesiapan spiritual Rasulullah. Menyendiri memikirkan tentang kehidupan, juga masa depan manusia di akhirat. Maka, ketika Jibril datang menurunkan wahyu pertama, hati beliau sudah matang untuk menerima petunjuk dan risalah.
Kota Mekah sebagai kota kelahirannya, saat itu terletak di jalur perdagangan internasional Perlintasan yang menghubungkan Asia, Afrika, dan Eropa. Selain tujuan berhaji sejak zaman Nabi Ibrahim as.
Allah menempatkan Nabi terakhir di pusat komunikasi dunia agar risalah Islam menyebar cepat dan luas. Mekah menjadi panggung utama dari transformasi spiritual terbesar dalam sejarah dunia.
Kelahiran Nabi Muhammad ﷺ bukanlah peristiwa biasa. Sejarah mencatat berbagai pertanda agung (irhas) sebelum kelahiran beliau, baik di langit, bumi, maupun hati manusia.
Dalam Taurat dan Injil, sifat dan tanda-tanda Nabi Muhammad ﷺ telah disebutkan. Para pendeta dan rahib mengenali beliau seperti mengenali anak-anak mereka sendiri. Kabar ini tersebar luas di kalangan ahli kitab yang menantikan kedatangannya.
Sebelum kelahiran beliau, pintu-pintu langit dijaga. Setan dan jin tidak lagi bisa mencuri berita dari alam malaikat. Hal ini menandakan era kenabian terakhir telah tiba, dan kebenaran akan datang tanpa perantara makhluk gaib.
Ketika Nabi ﷺ lahir, sejumlah fenomena luar biasa terjadi:
Seolah-olah bumi membersihkan dirinya untuk menyambut manusia terbaik.
Keluarga Nabi pun mengalami tanda-tanda agung. Abdul Muthalib melihat cahaya keluar dari punggungnya, yang kemudian berpindah kepada Abdullah, ayah Rasulullah ﷺ.
Cahaya ini adalah simbol rahmat dan kemuliaan yang akan memenuhi bumi.
Perjalanan Nabi Muhammad ﷺ sebelum kenabian adalah bukti bahwa misi besar memerlukan persiapan besar. Allah ﷻ mempersiapkan Nabi-Nya secara spiritual, emosional, sosial, dan intelektual agar layak memikul amanah sebagai penutup para nabi.
Bagi kita, Syamail Muhammadiyah menjadi inspirasi untuk bersabar dalam proses berjuang. Setiap ujian, pengalaman, dan perjalanan hidup bisa jadi adalah cara Allah mempersiapkan kita untuk tugas mulia. Wallahu'alam