Heri Mahbub
Inilah bukti ilmiah keaslian Al-Quran: sanad bacaan, imam qira’ah, memori hafalan dan sejarah pembukuan mushaf sejak zaman sahabat. Pelajari bagaimana Al-Quran terjaga 14 abad tanpa berubah satu huruf pun.

Quran Cordoba - Mengapa Keaslian Al-Quran Penting untuk Dibahas?
Di era digital yang serba cepat dan canggih ini, banyak muncul pertanyaan skeptis: Benarkah Al-Quran yang dibaca umat Islam hari ini masih sama persis dengan wahyu yang turun kepada Nabi Muhammad SAW?
Apa buktinya tidak ada perubahan? Bagaimana aslinya terjaga? Tidak ada pengurangan atau penambahan ayatnya?
Pertanyaan ini wajar. Sebab, kitab suci agama lain mungkin mengalami revisi, edisi, koreksi, perbedaan bahasa terjemah bahkan kehilangan naskah teks aslinya.
Namun, Al-Quran berbeda. Naskah asli dan bunyi ayatnya dihafal secara turun temurun.
Bukan hanya umat Islam yang mengakui keasliannya, tetapi para ilmuwan manuskrip dunia sepakat bahwa Al-Quran adalah satu-satunya teks yang paling terjaga konsistensinya dalam sejarah manusia.
Apa rahasianya? Jawabannya ada dua: sanad bacaan (oral transmission) dan mushaf tertulis (written preservation). Metode penjagaan satu kesatuan, hafalan dalam dada, dan tulisan yang terjaga.
Keduanya menjadi sistem preservasi paling kuat yang pernah dikenal manusia.
Apa itu Sanad?
Sanad adalah jalur periwayatan guru–murid yang bersambung sampai Nabi Muhammad SAW, lalu ke Malaikat Jibril, lalu kepada Allah. Terjaga secara mutawatir, banyak yang meriwayatkannya.
Inilah sistem yang menjaga cara baca, makhraj, panjang–pendek, ghunnah, idgham, dan pelafalan Al-Quran tetap 100% otentik.
Sanad bukan sembarang tradisi keagamaan, tetapi sebuah metode akademik yang terukur dan disiplin.
Dalil Tentang Sanad dan Penyampaian Wahyu Allah berfirman surat Al-Baqarah ayat 97:
97. Katakanlah (Muhammad), “Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.”
“Jibril menurunkannya ke dalam hatimu (wahai Muhammad) dengan izin Allah.” (QS. Al-Baqarah: 97)
Malaikat Jibril adalah penyampai wahyu yang sangat teliti. amanah, tidak ada satu kata pun yang salah.
Prosesnya melalui talaqqi, yaitu tatap muka dan mendengar langsung bacaan dari Jibril. Nabi pun melakukan tasmi‘ (mengulang kembali) kepada Jibril untuk memastikan ketepatan.
Bahkan setiap Ramadan, Nabi murajaah bersama Jibril. Tahun terakhir sebelum wafat, murajaah dilakukan dua kali.
Sahabat seperti Utsman, Ali, Ubay bin Ka’ab, dan Zaid bin Tsabit adalah penghafal terbaik yang ditugas mengajarkan Al-Quran ke seluruh penjuru negeri Islam.
Dari sinilah lahir Imam-imam Qira’at:
Mayoritas Muslim Dunia Mengikuti Jalur Imam Ashim → Hafsh
Inilah qiraah yang paling umum digunakan, termasuk di Indonesia.
Buktinya? Sanad bacaan Al-Quran Anda hari ini dapat ditelusuri langsung hingga Nabi Muhammad SAW. Tentu kepada Ulama Quran yang bersanad.
Selain bacaan, Al-Quran juga dijaga melalui tulisan sejak zaman Nabi.
Dalil tentang Penulisan Wahyu:
Setiap kali wahyu turun, Nabi memanggil para penulis wahyu:
“Letakkan ayat ini pada surah ini, setelah ayat ini…” (HR. Ahmad) Seperti itulah tersusun seperti sekarang.
Para penulis wahyu itu antara lain:
Tulisan wahyu di awal tersebar pada:
Dan semua itu dihafal oleh ratusan sahabat.
Setelah wafatnya Nabi, terjadi Perang Yamamah (12 H) yang menewaskan sekitar 700 hafizh Qur’an.
Melihat potensi hilangnya jumlah al-hufaz, wafatnya penghafal Quran secara massal, Umar bin Khattab mengusulkan pembukuan wahyu dalam satu mushaf.
Awalnya, Abu Bakar ragu—karena Nabi tidak pernah membuat mushaf satu jilid. Namun akhirnya ia menyetujui usulan itu.
Zaid bin Tsabit Dipilih Sebagai Ketua Tim
Mengapa Zaid dipilih?
Zaid pernah berkata:
“Seandainya aku diminta memindahkan gunung, itu lebih mudah bagiku daripada mengumpulkan Al-Quran.”
Metodenya sangat ketat:
Dari proses inilah lahir Mushaf Abu Bakar, lalu diwariskan kepada Umar, dan setelah Umar wafat, mushaf itu berada pada Hafshah binti Umar.
Ketika Islam meluas ke Azerbaijan, Armenia, Syam, Irak, Mesir, mulai muncul perbedaan logat dalam membaca Al-Quran.
Untuk mencegah perpecahan, Utsman bin Affan memerintahkan:
Inilah yang disebut Mushaf Utsmani (Rasm Utsmani), dan hingga kini menjadi standar Mushaf imam untuk seluruh dunia Islam.
Preservasi Al-Quran ada dua jalur, patokan utama bergantung pada hafalan, lalu perkuat dengan bukti adanya tulisan [sesuai Rasm Quran].
Keduanya bekerja bersama:
Hasilnya: Al-Quran mustahil berubah, baik huruf maupun cara bacanya.
Dalil bahwa Allah sendiri menjaga Al-Quran:
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan adz-Dzikr, dan Kamilah yang menjaganya.” (QS. Al-Hijr: 9)
Ayat ini bukan klaim kosong—sejarah membuktikannya. Ada bukti ilmiah dan teruji selama ratusan tahun.
Ketika seorang Muslim membaca Al-Quran hari ini:
Ada sanad yang tersambung, seperti yang dibaca Nabi Muhammad SAW.
Anda sedang mengikuti jalur mukjizat yang luar biasa:
Allah → Jibril → Nabi Muhammad → Para Sahabat → Para Imam Qari → Ulama Quran - Guru-guru Qur’an → Anda.
Itulah kekuatan sanad. Sehingga terbukti keaslian Al-Quran adalah fakta ilmiah, keajaiban penjagaan, tidak pernah berubah sejak pertama kali turun ke Rasulullah. Wallahu'alam


.jpeg)