Heri Mahbub
Khutbah Arafah ini Rasulullah SAW. sampaikan pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriah 632 M saat berwukuf. Beliau melaksanakan haji pertamanya dan juga terakhir, yang kemudian dikenal sebagai Haji Wada' (Haji Perpisahan).
Quran Cordoba - Berikut ini diantara khutbah Arafah Rasulullah;
“Pagi hari, sesudah shalat shubuh, berangkatlah Rasulullah dari Mina menuju ke Padang Arafah. Rasulullah menunggang onta beliau, Alqashwa, diiringi oleh ribuan umat yang sama-sama melakukan ibadah haji. Sambil berjalan, mereka bertakbir dengan suara bergelombang, berirama, bersahut-sahutan dan menyerukan talbiyah:
‘Inilah kami, ya Tuhan kami, inilah kami, memenuhi panggilan dan perintah-Mu. Tidak ada sekutu bagi-Mu. Sesungguhnya segala puji, dan nikmat, adalah bagi-Mu, dan Engkaulah yang menguasai segala sesuatu. Tidak ada yang menyekutui kekuasaan-Mu….!’
Sesampai di tengah-tengah lembah Arafah, Rasulullah menghentikan ontanya di suatu tempat yang ketinggian. Di dekatnya berdiri Rabi’ah bin Umayah bin Khalaf, yang mempunyai suara keras dan lantang. Bin Khalaf ditugaskan untuk menyambung suara Rasul, agar jelas terdengar oleh umat yang banyak berhimpun di situ. Rasulullah tetap duduk di atas ontanya agar dapat kelihatan oleh orang banyak. Didahuluinya khutbah yang terkenal sebagai Khutbatul Wada’, khutbah perpisahan itu, dengan puji serta syukur kepada Allah Swt.”
Khutbah itu dengan sedikit perubahan dan tambahan keesokan harinya tanggal 10 Dzulhijjah diucapkan kembali oleh Rasulullah di Mina sewaktu perjalanan pulang menuju Mekkah. Rasulullah berkhutbah dengan kalimat yang mudah dipahami oleh semua lapisan umat.
Diantara khutbah Rasulullah, mengutip dari kemenag.go.id
BACA JUGA: Khutbah Wukuf Rasulullah Saat Haji Wada
“Segala puji adalah bagi Allah. Kita memuja dan memuji Dia dan memohon pertolongan kepada-Nya dan bertaubat kepada-Nya. Kita berlindung pada Allah dari kejahatan-kejahatan diri kita dan dari segala perbuatan yang buruk. Siapa yang diberi hidayah oleh Allah, maka takkan ada siapapun yang dapat menyesatkannya, dan Siapa disesatkan Allah, maka tak ada siapa pun yang dapat menunjukkan jalan baginya.
Aku memberi saksi, bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia Maha Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku memberi saksi, bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.
Wahai manusia, dengarkanlah pesanku baik-baik.
Aku akan menyampaikan kepadamu satu keterangan (sebagai wasiat), karena sesungguhnya aku tidak tahu apakah aku akan bertemu lagi dengan kalian sesudah tahun ini di tempat aku berdiri (sekarang) ini.
“Wahai manusia, Sesungguhnya darahmu (jiwamu), harta bendamu dan kehormatanmu adalah suci dan haram (dilarang diganggu), sebagaimana suci dan haramnya bulan ini (bulan haji), sampai kamu kelak menghadap Tuhan. Sungguh kamu pasti akan menemui (menghadap) Tuhan, di mana Ia pasti akan menanyakan tentang segala amal perbuatanmu.
Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!)
Maka Siapa yang ada amanat di tangannya, hendaklah disampaikannya kepada orang yang memberikan amanat itu kepadanya.
Ingatlah, tak seorang pun yang melakukan tindak pidana melainkan ia sendiri yang bertanggungjawab atasnya. Tidak ada anak bertanggungjawab terhadap tindak pidana ayahnya, pun juga tidak seorang ayah bertanggungjawab terhadap tindak pidana anaknya.
Wahai manusia, dengarkanlah kata-kataku ini dan pahamkan semuanya.
Sesungguhnya seorang muslim dan muslim lainnya adalah umat yang bersaudara. Tidak ada sesuatu yang halal bagi seorang muslim dari saudaranya melainkan apa yang telah direlakan kepadanya. Maka janganlah kamu menzalimi dirimu sendiri.
Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!).”
“Sesungguhnya riba sudah dihapuskan. Tapi kamu akan memperoleh modal pokok kamu. Maka janganlah kamu berlaku zalim agar kamu pun tidak dizalimi orang.
Wahai segenap manusia! Sesungguhnya Tuhanmu adalah Esa (Satu), dan nenek moyangmu adalah satu. Semua kamu berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang yang bukan Arab melainkan dengan takwa itulah. Dan jika seorang budak hitam Abyssinia sekalipun menjadi pemimpinmu, dengarkanlah dia dan patuhlah padanya selama ia tetap menegakkan Kitabullah.
Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!).
Wahai manusia, takutlah kepada Allah. Kerjakanlah shalat yang lima waktu, lakukanlah puasa, berhajilah ke Baitullah dan tunaikanlah zakat hartamu dengan sukarela serta patuhlah atas apa yang aku perintahkan. Kamu pasti kelak akan bertemu dengan Tuhanmu, dan Ia pasti akan menanyakan kepadamu tentang segala perbuatanmu.
Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!)
Sesungguhnya zaman itu berputar, musim berganti.
Wahai segenap manusia! Sesungguhnya setan itu sudah putus harapan akan (terus) disembah-sembah di negerimu ini. Akan tetapi sesungguhnya dia puas dengan ditaati dalam hal-hal selain daripada itu (disembah), yakni dalam perbuatan-perbuatan yang kamu (sebenarnya) benci, maka waspadalah terhadap tipu daya (setan) yang akan merugikan agamamu.”
Rasulullah berwasiat kepada seluruh umat Islam agar senantiasa berbuat baik, menghormati dan melindungi kaum wanita serta menjaga kemurnian garis keturunan.
Sebagai puncaknya, Rasul menegaskan,
“Camkanlah perkataanku ini, wahai manusia! Sesungguhnya telah kusampaikan kepadamu, dan sesungguhnya aku sudah meninggalkan untuk kamu sekalian sesuatu, yang bila kamu berpegang teguh kepadanya, pasti kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, yakni sesuatu yang terang dan nyata, Kitabullah (Al Quran) dan Sunnah Nabi-Nya.”
Rasulullah menutup Khutbah Haji Wada’ dengan pernyataan dan pertanggungjawaban terbuka kepada Allah,
BACA JUGA: Tadabur Ayat Haji dalam Surah Al-Hajj
“Wahai Tuhanku! Persaksikanlah, persaksikanlah wahai Tuhanku.
Maka hendaklah yang telah menyaksikan di antara kamu menyampaikan kepada yang tidak hadir. Semoga barangsiapa yang menyampaikan akan lebih mendalam memperhatikannya daripada sebagian yang mendengarkannya. Mudah-mudahan bercucuranlah rahmat Allah dan berkat-Nya atas kamu sekalian!”
Setelah mengucapkan khutbah perpisahan, beliau turun dari ontanya Alqashwa. Usai menunaikan shalat zuhur dan ashar yang dijama’ secara berjamaah, Rasulullah menuju suatu tempat yang bernama Sakhrat, di sana disampaikannya ayat Al-Quran yang baru saja diwahyukan Allah untuk penghabisan di mekkah sebagai penutup risalah kenabian,
Artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.” (QS Al-Maidah {5}: 3).
Khutbah Wukuf Rasulullah penuh dengan cinta, pertama dan terakhir di haji wada’, nasihat dari hati, sangat monumental — bukan hanya untuk zamannya, tapi untuk setiap generasi Muslim.
Jika kita benar-benar ingin meneladani Rasulullah, khutbah ini harus menjadi pegangan hidup, nilai moral, amalan dan cahaya jalan kita. Insyaallah
Wallahu’alam