Heri Mahbub
Bagaimana mukjizat Quran Sains menjelaskan keselarasan antara wahyu dan sains? Dari sekian banyak aspek mukjizat kalamullah, yang sesuai trend perkembangan zaman sekarang pastinya sains atau ilmu pengetahuan. seperti zaman dulu, yang berkembang adalah aspek bahasanya. Mulai saat ini, yuk semangat mempelajarinya.
Quran Cordoba - Mukjizat sains Al-Quran di zaman now sebenarnya paling dibutuhkan umat, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Muslim abad ini selain mengalami kemunduran, umatnya banyak tertinggal dalam pencapaian sains dan teknologi. Aspek ini sering diabaikan, fokusnya masih banyak dalam mukjizat kebahasaan. Maka, perlu ada gerakan penyadarannya.
Al-Qur’an selain menjadi pedoman hidup umat Islam, tetapi juga mengandung mukjizat dalam berbagai aspek, termasuk dalam ranah sains. Fenomena ini dikenal sebagai mukjizat Sains, yaitu keselarasan antara kebenaran wahyu Ilahi yang mutlak dengan temuan-temuan ilmiah dan ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an bukanlah buku sains, tetapi banyak isyarat ilmiah untuk berfikir, ayat-ayatnya mendorong eksplorasi, observasi, dan perenungan terhadap alam semesta dengan pendekatan yang sangat sejalan dengan metode ilmiah.
Perlu juga kita faham definisi dari sains. Secara etimologi, kata ’sains’ dalam bahasa Indonesia dari kata ”science” yang sebenarnya berasal dari bahasa”scientia” yang berarti mengetahui atau pengetahuan, (to know, knowledge) dan ’scire’ yang berarti belajar (to learn) (M. Muslih, 2016). Mukjizat sains berarti keajaiban yang luar biasa dalam aspek ilmu pengetahuan.
Lalu, bagaimana perkembangan sains, riset, penelitian ilmu pengetahuan di negeri muslim saat ini? Belum menjadi perhatian utama dan masih tertinggal dari negara lain. Itulah pentingnya edukasi umat pentingnya memahami mukjizat sains Al-Quran.
Salah satu hal yang menarik dari Al-Qur’an adalah bagaimana ayat-ayatnya memotivasi umat manusia untuk berpikir kritis dan meneliti alam. Contohnya dalam Surat Al-Ghasyiyah ayat 17-20:
Artinya: “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan? Dan langit bagaimana ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ditegakkan? Dan bumi bagaimana dihamparkan?”
Ayat ini mengandung semangat observasi, yang merupakan elemen utama dalam berfikir ilmiah. Ilmu pengetahuan tumbuh dari metode pengamatan panca indra, perumusan hipotesis, eksperimen dengan akal yang jernih. Dalam banyak hal, Al-Qur’an banyak mendorong manusia untuk melakukan penelitian secara mendalam, verifikasi ilmu jauh sebelum manusia memiliki metode ilmiah dan riset.
Perlu ada kesadaran dan gerakan bahwa wahyu dan pengembangan Sains, menjadi kebutuhan umat zaman ini. Mukjizat Rasulullah yang paling utama ialah Al-Qur’an yang mempunyai nilai inheren dengan ilmu pengetahuan, untuk menguatkan iman dan amal.
Allah adalah sumber segala ilmu pengetahuan. Bahkan surah pertama yang turun kepada Nabi Muhammad ialah perintah membaca. Surat Al-Alaq ayat 1;
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,”
Selanjutnya, terdapat kurang lebih 750 isyarat ayat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Hamid Fahmy Zarkasy, pimpinan GONTOR mengamini pendapat mengenai Al-Qur’an sebagai sumber kebenaran sains. Ia berpandangan bahwa tradisi keilmuan lahir justru karena kandungan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan memberi stimulus para sahabat Nabi untuk berpikir dan meneliti.
BACA JUGA: Hubungan Sains dan Al-Quran: Integrasi Wahyu dan Ilmu
Sejarah mencatat bahwa banyak ulama Muslim terdahulu yang juga merupakan ilmuwan besar. Ada di semua bidang, sejarah, sosial, kimia, astronomi, matematika, kedokteran, fisika dan lainnya. Mereka tidak melihat adanya kontradiksi antara iman dan ilmu, masjid dan laboratorium, menjadi al-hafiz dan peneliti. Al-Qur’an justru sebagai motivasi untuk menggali sains lebih dalam.
Penemu konsep aljabar atau algoritma yang mendasari ilmu matematika modern. Menguasai berbagai bidang ilmu seperti astronomi, astrologi, matematika dan geografi yang berasal dari Kufah, Irak. Lahir di Khwarezmia (sekarang Khiva, Uzbekistan)
Dikenal di Barat sebagai Avicenna, ahli kedokteran, filsafat, dan matematika. Karyanya Al-Qanun fi al-Tibb menjadi rujukan utama di universitas-universitas Eropa selama berabad-abad.
Seorang polymath Muslim yang menguasai astronomi, matematika, dan geografi. Ia menghitung keliling bumi dengan akurasi luar biasa untuk zamannya, dan telah menulis lebih dari 100 karya ilmiah.
Dikenal sebagai Bapak Kimia Modern, Jabir menemukan berbagai metode distilasi dan eksperimentasi yang menjadi dasar ilmu kimia modern.
Para ilmuan ini mengintegrasikan antara pemahaman wahyu dan pendekatan empiris terhadap dunia. Bagi mereka, menggali ilmu pengetahuan adalah bagian dari ibadah dan refleksi terhadap kebesaran Allah.
BACA JUGA: Kejayaan Islam Tidak Terpisahkan dari Al-Qur’an sebagai Sumber Inspirasi dan Ilmu
Keaslian dan orisinalitas Al-Qur’an yang terjaga sejak 14 abad yang lalu menjadi bukti kemuliaannya, bahwa isinya tidak mengalami distorsi, menjadi sumber ilmu pengetahuan. Landasan kokoh ini bagi umat Islam semakin menguatkan keyakinan, bahwa kandungan di dalamnya sumber keimanan, juga sains ilmiah.
Ketika ilmu modern membuktikan sesuatu yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an, itu menjadi konfirmasi, bukan validasi—karena keimanan tidak membutuhkan eksperimen, tetapi keajaiban Al-Qur’an terbuka untuk siapa pun yang mau berpikir.
Mukjizat Quran Sains bukan sekadar narasi atau penyesuaian temuan ilmiah, melainkan keselarasan antara wahyu dan pengetahuan. Al-Qur’an mengajak manusia untuk berpikir, meneliti, dan memahami alam semesta sebagai kebesaran Allah.
Para ulama Islam sejak dulu telah mencontohkan, ilmu pengetahuan dan keimanan berjalan beriringan, tidak bertentangan.
Di tengah era sains modern, keberadaan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi ilmu dan nilai spiritual sekaligus merupakan salah satu mukjizat terbesar yang masih hidup hingga hari ini.
Wallahu'alam