Kang Ayi Yusri M.Pd
“Selamat Jalan, Pakji: Prajurit terbaik Cordoba yang kini beristirahat di haribaan ilahi” Obituari mengenang sosok Pakji—rekan kerja yang bersahaja dan semangat di Quran Cordoba. Kepergiannya, Sabtu 31 Mei 2025 meninggalkan duka mendalam di hati keluarga besar Cordoba. Namun, senyum dan kontribusinya akan terus hidup di jutaan mushaf yang tersebar di seluruh dunia. Al-Faatihah.
Quran Cordoba - Bandung sore itu, 30 Mei 2025, hujan. Setelah ghurub, beberapa sudah reda dan meninggalkan basah dan baunya yang khas. Bagaimana Bandung setelah hujan, Pakji? Apa betul kata orang-orang bahwa seindah dan senyaman itu Bandung setelah hujan?
Nyaris lima purnama yang lalu, hari itu saya duduk di kursi dengan gaya malu-malu dan bingung khas anak baru. Pakji, begitu saya mengenalnya setelah dikenalkan oleh Pak Rofi. “Ayi, tim-nya Pak Lutfi.”, “Oh, Ya… Vidi.”, ucapnya sambil melontarkan senyum tipis yang seperti bersuara, “Selamat datang di rumah mulia ini”. Namanya, Pakji. Salah satu dari sedikit nama yang sudah nempel di memori saya sebagai anak baru kala itu. Bukan Pak Vidi, tapi Pakji.
Barangkali saya yang luput atau mungkin beliau yang kesibukannya di luar Sukajadi 215, bak bintang di siang hari, jarang sekali saya melihat Pakji. Hingga belakangan ini, sering saya berjumpa, bersalaman, dan sedikit bincang basi atau sekadar menyadari bahwa Pakji ada di sebrang saya sedang duduk sambil menatap laptop dan berdiskusi bersama Pak Lutfi.
Masih ada di memori saya, belum lama, bagaimana Pakji menyampaikan analisis nya tentang penjualan online produk buku beberapa penerbit lain. Masih juga membekas bagaimana Pakji menanyakan, “Saya mah suka ini.. Ini nahawand, ya?” sambil menyodorkan alunan ayat suci, “tsumma aurotsna al-kitaaba al-ladziina asthofainaa min ‘ibaadina…(Q.S. 35: 32)”. Saya memerhatikan, “Bayyati, Pakji…”., timpal saya dengan pedenya.
Masih pula hangat di telinga dan mata saya, bagaimana Pakji dengan semangat meskipun terlihat kurang stamina meminta kawan se-timnya saat futsal untuk membagi bola kepadanya. Sore itu, padahal langit cerah terang benderang, tapi siapa sangka esok akan hujan? Siapa sangka lusa akan badai? Siapa sangka? Allah lah satu-satunya yang mengetahui segalanya.
Bagaimana, Pakji? Bagaimana Bandung setelah hujan?
Setelah hujan malam itu, mungkin reda di beberapa titik, tapi justru membesar di Cordoba. Pakji berpulang, innaalillaahi wa innaa ilaihi raaji’un. Mungkin hanya asumsi, tapi barangkali sorot wajah sedih dan tak menyangka yang saya lihat di wajah Pak Usman setelah mendengar kabar itu menggambarkan bagaimana Cordoba kehilangan salah satu prajurit terbaiknya. Tergambar pula betapa riuh doa dan tajuk kehilangan menggema dari setiap bibir saudara-saudaranya di grup whatsapp Cordoba. “Ya Allah, Pak Vidi…..”, demikian gemanya.
Bukan waktu yang lama untuk dapat mengenal seseorang, entah tepat atau keliru narasi ini, tapi inilah potret yang saya ingat dari beliau, Pakji. Seorang yang agak lucu, bersemangat dan tentu saja Imam favorit kala Shalat tak dilaksanakan di Masjid, tapi di tengah-tengah working area di lantai satu Sukajadi 215.
Kini Pakji sudah tenang di haribaan tanah Bekasi. Meskipun di sana, tapi jasa dan cahayanya akan abadi di seantero Cordoba, di jutaan mushaf Al-Qur`an Cordoba yang tersebar di seluruh dunia. Salam hangat, Pakji. Maaf jika saya dan mungkin beberapa saudaramu di Cordoba tak mampu mengantarmu sampai rumah abadimu di sana.
Entah angin dari mana, tapi ada suara yang menggerakan saya untuk menulis obituari ini. Pakji,… insyaallah merupakan bagian dari “faminhum saabiqun bi al-khoiraat” yang mendapatkan “fadhlu al-kabir” sebagaimana ayat favoritnya (Q.S. 35: 32). Al-Faatihah…
Ayi Yusri A. Tirmidzi
Kids & Books Editor