Heri Mahbub
Temukan 7 dialog ayah dan anak dalam Al-Quran yang penuh hikmah. Seperti Ayah Lukmanul Hakim, Nabi Ibrahim, Nabi Nuh dan lainnya. Yuk Belajar tentang tauhid, adab, akhlak, komunikasi, dan cinta keluarga dalam kisah para nabi.
.jpeg)
Quran Cordoba - Hubungan ayah dan anak adalah fondasi pembentukan karakter dalam keluarga. Ayat-ayat dalam Al-Quran, terdapat banyak dialog mendalam antara ayah dan anak yang bukan hanya emosional, tetapi juga sarat nilai tauhid, pendidikan, karakter akhlak, dan kejiwaan.
Kisah-kisah ini mengajarkan bagaimana seorang ayah membimbing dengan cinta, kebijaksanaan, kesabaran, dan ketegasan yang proporsional.
Artikel ini mengulas 7 dialog ayah dan anak dalam Al-Quran, lengkap dengan hikmah yang sangat relevan bagi keluarga masa kini yang mendambakan ketenangan dan kedekatan spiritual.
1. Dialog Luqman dengan Anaknya — Nasihat Kehidupan yang Selalu Relevan
(Lengkapnya di Surah Luqman: 13, 16, 17, 18, 19)
13. Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, ”Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
17. Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.
Kisah Luqman adalah salah satu yang paling populer ketika membahas pendidikan anak. Dialog ini berisi nasihat yang sangat komprehensif—tentang tauhid, akhlak, hingga kecerdasan sosial.
Beberapa poin penting dari nasihat Luqman:
Ini adalah blueprint pendidikan ayah sepanjang zaman: lembut namun tegas, spiritual namun praktis.
(Surah As-Saffat: 102)
102. Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Kisah ini menggambarkan dialog luar biasa antara seorang ayah yang mendapat perintah sangat berat, dan seorang anak yang tingkat kesalihannya membuatnya siap taat tanpa ragu.
Ketika Ibrahim berkata:
“Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.”
Ismail menjawab dengan keteguhan luar biasa:
“Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan.”
Pelajarannya sangat dalam:
(Surah Yusuf: 4–5)
4. (Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Sungguh, aku (bermimpi) melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.”
5. Dia (ayahnya) berkata, “Wahai anakku! Janganlah engkau ceritakan mimpimu kepada saudara-saudaramu, mereka akan membuat tipu daya (untuk membinasakan)mu. Sungguh, setan itu musuh yang jelas bagi manusia.”
Ketika Yusuf kecil menceritakan mimpinya, ayahnya langsung merespons dengan kasih sayang dan kebijaksanaan. Ya’qub memperingatkan agar tidak menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya untuk menghindari masalah dan kecemburuan.
Pelajaran:
(Surah Yusuf: 67, 83–87)
87. Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.”
Dalam kisah lain, Ya’qub memberikan arahan kepada anak-anaknya agar berhati-hati dan bertawakal kepada Allah. Ketika menghadapi kehilangan Yusuf, ia tetap penuh harap (raja’) meski hatinya diliputi duka mendalam.
Hikmahnya:
(Surah Hud: 42–43)
42…..Dan Nuh memanggil anaknya, ketika dia (anak itu) berada di tempat yang jauh terpencil, “Wahai anakku! Naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau bersama orang-orang kafir.”
43. Dia (anaknya) menjawab, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menghindarkan aku dari air bah!” (Nuh) berkata, “Tidak ada yang melindungi dari siksaan Allah pada hari ini selain Allah yang Maha Penyayang.” Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka dia (anak itu) termasuk orang yang ditenggelamkan.
Dalam situasi genting saat banjir besar, Nabi Nuh dengan cinta memanggil anaknya:
“Wahai anakku, naiklah bersama kami!”
Namun anaknya menolak. Dialog ini menggambarkan betapa seorang ayah dapat sangat mencintai anaknya, tetapi hidayah bukan milik manusia.
Pelajaran penting:
(Surah Maryam: 42–47)
42. (Ingatlah) ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya, “Wahai ayahku! Mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat, dan tidak dapat menolongmu sedikit pun?
43. Wahai ayahku! Sungguh, telah sampai kepadaku sebagian ilmu yang tidak diberikan kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
Ibrahim mengajak ayahnya meninggalkan penyembahan berhala dengan bahasa yang lembut: “Wahai ayahku… wahai ayahku… wahai ayahku…”
Meski ditolak dan bahkan diancam, Ibrahim tetap menjawab dengan santun.
Pesan moral:
(Surah Al-Qasas: 26–27)
26. Dan salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku! Jadikanlah dia sebagai pekerja (pada kita), sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja (pada kita) ialah orang yang kuat dan dapat dipercaya.”
27. Dia (Syekh Madyan) berkata, “Sesungguhnya aku bermaksud ingin menikahkan engkau dengan salah seorang dari kedua anak perempuanku ini, dengan ketentuan bahwa engkau bekerja padaku selama delapan tahun dan jika engkau sempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu, dan aku tidak bermaksud memberatkan engkau. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang baik.”
Putri Nabi Syu’aib memberi pendapat tentang kepribadian Musa yang layak dijadikan suami. Syu’aib menerima pendapat tersebut dan membuat keputusan yang bijaksana.
Pelajarannya:
Dari kisah Luqman sampai Nabi Syu’aib, Al-Quran memperlihatkan bahwa dialog antara ayah dan anak harus dibangun atas:
Ayah bukan hanya pencari nafkah, tetapi pendidik pertama yang menanamkan fondasi akhlak, iman, dan orientasi hidup. Keteladanan para nabi dan tokoh-tokoh Qurani menjadi panduan emas bagi keluarga muslim masa kini dalam membentuk generasi yang beriman, cerdas, dan berakhlak mulia. Wallahu'alam
.jpeg)
.jpeg)