Heri Mahbub
Pelajari makna sejati kemerdekaan dalam Islam yang membebaskan manusia dari perbudakan hawa nafsu, harta, jabatan, dan syahwat. Temukan ajaran Rasulullah SAW. dan dalil Al-Qur’an tentang kebebasan hakiki yang hanya tercapai dengan menjadi hamba Allah sejati.
Quran Cordoba - Kemerdekaan adalah fitrah yang Allah anugerahkan kepada setiap manusia. Tidak ada seorang pun yang dilahirkan ke dunia ini untuk menjadi budak makhluk lain.
Namun, kenyataannya tidak semua orang hidup dalam kemerdekaan sejati. Ada yang bebas, mulia, dan terhormat, tetapi ada pula yang secara tidak sadar terjajah dan terbelenggu, bukan oleh rantai besi, melainkan oleh ambisi, hawa nafsu, dan dunia.
Manusia memiliki hak untuk hidup. Surah Al-Isra Ayat 70 menegaskan bahwa setiap manusia berdaulat untuk hidup mulia, memiliki kelebihan dengan karunia-Nya,
“Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (QS. Al-Isra, 17: 70)
Mengutip dari tafsir ringkas KEMENAG;
Allah Swt. telah memuliakan anak cucu Adam, yaitu golongan manusia pada umumnya dengan tubuh yang bagus, kemampuan berpikir, kebebasan berkehendak, dan ilmu pengetahuan, dan Kami angkut mereka di darat dengan kendaraan seperti onta atau lainnya, dan di laut, dengan kapal.
Allah Swt. beri mereka rezeki dari yang baik-baik, berupa minuman dan makanan yang lezat rasanya, dan Kami lebihkan keutamaannya di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. Itulah kemerdekaan manusia.
Ibn Atha’illah as-Sakandari dalam kitab al-Hikam berkata:
"Engkau merdeka dari sesuatu yang tidak kau harapkan. Dan engkau menjadi budak dari sesuatu yang sangat kau inginkan."
Maksudnya, manusia merdeka dari hal-hal yang tidak ia tamak atau harapan berlebihan. Namun, ketika ia sangat menginginkan sesuatu hingga hatinya terpaut dan pikirannya terikat, saat itulah ia menjadi budak dari keinginan tersebut.
Inilah realitas hidup: banyak orang merasa dirinya bebas, padahal sejatinya mereka diperbudak oleh sesuatu yang mereka kejar.
Bentuk “penjajahan” modern seringkali tidak terlihat. Misalnya, seseorang yang terlalu berharap bantuan dari orang lain, rela merendahkan diri, mengiba, bahkan menuruti segala keinginan pihak tersebut demi mendapatkan pertolongan.
Dalam kondisi ini, ia telah menjadi “budak” secara non fisik atau batin.
Islam mengajarkan larangan untuk diperbudak oleh sesama manusia dan melarang memperbudak orang lain. Umar bin Khattab ra pernah berkata:
"Sejak kapan kalian memperbudak manusia, padahal ibu-ibu mereka melahirkan mereka dalam keadaan merdeka?"
Banyak orang yang hidupnya hanya berorientasi pada harta. Semua waktu, pikiran, dan tenaga diarahkan untuk mengumpulkan uang. Ia rela bekerja tanpa henti, bahkan melupakan ibadah dan keluarganya.
Nabi Muhammad ﷺ mengingatkan dalam hadis:
"Celaka hamba dinar, celaka hamba dirham, celaka hamba pakaian. Jika diberi ia senang, jika tidak diberi ia marah. Celaka dan tersungkur..." (HR. Bukhari).
Orang seperti ini sejatinya terjajah oleh materi. Ia menjadi hamba uang, kehilangan kemerdekaan hati, dan terikat pada dunia yang fana. Islam membuat manusia merdeka dari jebakan materialisme.
Ada pula yang diperbudak oleh syahwat terhadap lawan jenis. Ia rela mengorbankan harta, karier, bahkan keluarganya demi memenuhi hawa nafsu. Pepatah Arab mengatakan:
"Sesungguhnya syahwat dapat menjadikan seorang raja menjadi budak."
Tak sedikit juga yang menjadi budak jabatan dan popularitas. Demi mendapatkan posisi terhormat, ia menghalalkan segala cara, bahkan mengorbankan nilai moral dan persahabatan. Setelah mendapat kedudukan, ia mabuk kekuasaan, senang dihormati, dan lupa diri.
Islam datang untuk memerdekakan manusia dari segala bentuk perbudakan selain kepada Allah. Kemerdekaan dalam Islam bukan berarti bebas melakukan apa saja, tetapi bebas dari penghambaan kepada makhluk, hawa nafsu, dan dunia.
Nabi Muhammad ﷺ pernah ditawari kekuasaan, harta, dan wanita dengan syarat meninggalkan dakwah. Beliau menolak semuanya. Kalimat tauhid Laa ilaaha illallaah adalah deklarasi kemerdekaan tertinggi: membebaskan manusia dari segala penghambaan selain kepada Allah.
Al-Qur’an menegaskan tujuan penciptaan manusia:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat: 56)
Ayat ini menunjukkan bahwa kemerdekaan hakiki adalah ketika manusia hanya menjadi hamba Allah, bukan hamba dunia, bukan hamba hawa nafsu, dan bukan hamba sesama manusia.
Islam sangat menghargai kemerdekaan sebagai hak dasar manusia. Bahkan, Al-Qur’an memerintahkan untuk menentang segala bentuk penindasan dan penjajahan sesama manusia:
"Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan membela orang-orang yang lemah, baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang berdoa: ‘Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini yang penduduknya zalim…’" (QS. An-Nisa: 75)
Ayat ini menunjukkan bahwa membela kemerdekaan adalah bagian dari perintah agama.
Dari semua ini, ada pelajaran penting:
Kesimpulan
Kemerdekaan dalam Islam bukan hanya tentang bebas dari penjajahan fisik, tetapi terutama kebebasan jiwa dari belenggu nafsu, materi, dan pengaruh makhluk. Kemerdekaan sejati adalah ketika hati hanya tunduk kepada Allah, bukan kepada dunia dan segala isinya.
Ketika seorang Muslim benar-benar memahami kemerdekaan dalam Islam, ia akan hidup mulia, tegar, dan tidak mudah diperbudak oleh apapun. Inilah kemerdekaan yang sejati—kemerdekaan yang bukan hanya membebaskan tubuh, tetapi juga memerdekakan hati dan pikiran.
Wallahu'alam