Prof. Dr. H. Rosihon Anwar, M.Ag
Mushaf Medis Cordoba mempersembahkan tafsir tematik kesehatan yang mendalam, disertai hadis sahih pilihan. Dalam pengantarnya, Prof. Rosihon Anwar. menekankan pentingnya menggali dimensi batiniah Al-Qur’an, termasuk pesan-pesan rohani, medis, hingga kesehatan mental yang ada di balik teks ayat. Sebuah inovasi spiritual dan ilmiah dalam memahami Al-Qur’an secara menyeluruh.
Quran Cordoba - Ada banyak ungkapan yang menjelaskan keluasan dan kedalaman di balik pesan yang ada pada setiap ayat Al-Qur’an. Pesan Nabi tegas menjelaskan bahwa setiap ayat memiliki dimensi lahir dan dimensi batin. Dimensi batin pun memiliki dimensi batin lainnya (Sahih Ibnu Hibban).
Pesan ini —dan pesan-pesan senada lainnya— dapat dipahami bahwa kandungan Al Qur"an tidak hanya terletak pada tampilan luar teksnya semata, tetapi juga tersimpan juga sesuatu di baliknya, atau tertutup tampilan luar teksnya.
Itu sebabnya, dalam banyak hal, memahami Al-Qur"an tidak cukup hanya melihat teks luarnya, apalagi hanya terjemahannya. Bagaikan gunung es, pesan yang disampaikan teks luar ayat merupakan puncaknya, sementara pesan-pesan lainnya tersimpan di dalam gunung itu sendiri.
Satu teks ayat boleh jadi memperlihatkan makna tersurat, tetapi menyimpan banyak makna tersirat. Setidaknya itulah yang terjadi ketika Ibnu Abbas —seorang ahli tafsir pada masa sahabat— ketika memahami kandungan surah An-Nasr. Ia mencoba menampilkan pula makna tersurat dari surat tersebut, yakni dekatnya masa kewafatan Nabi, padahal pesan ini sama sekali tidak terlihat dari tampilan teks luarnya.
Atas dasar itu pula, kita sangat memahami kenapa terkadang banyak sekali penafsiran terhadap satu ayat. Redaksi teksnya sama, tetapi tafsirnya bermacam-macam. Ulama fikih melihat perspektif yang berbeda dengan yang dilihat oleh ulama tasawuf, ulama teologi, dan ulama lainnya. Tugas kita sebagai pembaca Al-Qur’an adalah mencoba semaksimal mungkin menyingkap semua makna yang tersimpan di balik redaksi teks ayat, tentu saja secara prosedural dan sesuai dengan keterbatasan akal pikiran kita sebagai manusia.
Kita tidak boleh sekehendaknya menampilkan pesan ayat kalau tidak ingin terjebak kepada tafsir-tafsir yang sesat atau keliru. Mushaf yang ada di tangan pembaca ini adalah ikhtiar untuk mewujudkan tujuan di atas, yaitu ingin memunculkan sisi lain dari pesan Al-Qur"an. Dan yang ingin digali maknanya adalah hal-hal yang terkait dengan kesehatan, medis, islamic lifestyle, dan yang sejenis.
Kesehatan yang dimaksudkan bukan hanya terkait dengan jasmani, tetapi juga dengan rohani, mental, dan spiritualitas, bahkan kesehatan beragama. Kita memang bisa menentukan secara mandiri tema apa saja yang ingin digali dari teks suatu ayat. Bagi saya, setiap ayat secara pasti —sekali lagi— memunculkan banyak pesan dan tema.
Pesan tentang kesehatan boleh jadi tidak merupakan topik inti dari ayat yang sedang dijelaskan, tetapi kita dapat mengatakan bahwa setiap kata dalam Al-Qur"an —secara langsung maupun tidak langsung— memiliki penjelasan dari Nabi.
Jadi, relasi pesan kesehatan dengan ayat yang sedang dijelaskan ada yang bersifat dekat maupun jauh. Quran medis dari Cordoba ingin menjelaskan bahwa setiap ayat dapat dicarikan penjelasannya berupa hadis yang terkait dengan kesehatan.
Mengapa Penting? Penjelasan Islam tentang signifikansi kesehatan tentu saja sudah teramat jelas. Islam sangat identik dengan kesehatan, kebersihan dan pola hidup sehat. Maka, sudah dipastikan bahwa pesan kesehatan disajikan oleh Al-Qur"an dan hadis, sekali lagi baik secara langsung maupun tidak langsung. Mushaf medis ini dianggap penting karena memuat hadis-hadis yang terkait dengan kesehatan.
Jadi, pembaca tidak saja dapat merenungi terjemahan-terjemahan ayat, tetapi juga dapat membaca hadis-hadis tentang kesehatan. Tidak semua hadis terkait dengan kesehatan berkualitas baik, tetapi banyak di antaranya berkualitas daif dan bahkan palsu. Meskipun ada beberapa ulama yang memperbolehkan penggunaan hadis daif untuk sugesti melakukan kebaikan (fada’ilul ‘amal), tetapi mushaf ini hanya memilih yang berkualitas sahih atau hasan.
Pertimbangannya mungkin karena beberapa di antaranya terkait dengan dunia pengobatan, sehingga harus dipastikan benar-benar berasal dari Nabi. Beberapa di antaranya terkait praktik pengobatan yang dilakukan oleh Nabi, praktik keseharian beliau dalam menjaga kesehatan, tips-tips kesehatan yang ditawarkan beliau, peringatan beliau terkait bahayanya sesuatu terhadap kesehatan, dan lain sebagainya.
Beberapa di antaranya lagi terkait terapi penyakit hati, penyakit mental, dan cara menggapai kesehatan mental. Model penyajian hadis-hadis tentang kesehatan di tengah-tengah terjemahan Al-Qur'an tentu saja menyampaikan pesan bahwa setiap pesan ayat Al-Qur’an sejatinya harus berujung pada kesehatan dalam arti yang sangat luas. Sebagai contoh, perintah salat yang dianalogikan oleh Nabi dengan orang yang mandi lima kali dalam sehari, yang tentu saja akan menyehatkan badan adalah termasuk di dalamnya.
Salat itu sendiri, seperti juga dijelaskannya dapat mendatangkan kesehatan mental dan kesehatan spiritual. Beberapa di antaranya juga terkait dengan khasiat buah-buahan bagi kesehatan yang boleh jadi menarik beberapa pihak untuk meneliti lebih lanjut secara ilmiah. Misalnya hadis dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah suatu ketika memakan semangka bersama kurma rutab, lalu beliau bersabda:
“Kita menghilangkan rasa panas (kurma) ini dengan dinginnya (semangka) ini, dan dengan dinginnya (semangka) ini atas panasnya (kurma) ini.” (HR Abu Dawud).
Pendek kata, mushaf medis telah memberikan perspektif baru dalam merenungkan Al-Qur’an beserta terjemahannya. Saya berharap ini adalah sebuah ikhtiar untuk membumikan kandungan Al-Qur’an dengan berbagai perspektif. Mudah-mudahan ini merupakan bagian dari implementasi perintah untuk merenungkan kandungan Al-Qur"an.