Heri Mahbub
Sejarah qurban memiliki cerita agamis tersendiri yang harus Anda ketahui sebagai umat Islam. Qurban adalah salah satu ritual penting dalam agama Islam.
Sejarah qurban memiliki cerita agamis tersendiri yang harus Anda ketahui sebagai umat Islam. Qurban atau yang dikenal juga dengan istilah 'udhiya' dalam bahasa Arab, adalah salah satu ritual penting dalam agama Islam yang memiliki sejarah panjang dan makna mendalam.
Tradisi ini berkaitan erat dengan peristiwa yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS, yang menjadi simbol ketundukan total kepada kehendak Allah SWT. Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas sejarah dari qurban, maknanya, dan bagaimana tradisi ini dijalankan dalam kehidupan umat Islam hingga kini.
Kisah qurban bermula dari perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail AS. Perintah ini disampaikan melalui mimpi yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS.
Meskipun sangat berat, Nabi Ibrahim AS menerima perintah tersebut dengan penuh kepatuhan. Begitu pula dengan Nabi Ismail AS yang menunjukkan keteguhan imannya dengan bersedia untuk dikorbankan.
Namun, saat Nabi Ibrahim AS hendak melaksanakan perintah itu, Allah SWT menggantikan Nabi Ismail AS dengan seekor domba. Sejarah qurban ini menunjukkan bahwa yang diuji oleh Allah SWT adalah ketaatan dan keikhlasan Nabi Ibrahim AS serta Nabi Ismail AS. Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Quran, tepatnya dalam Surah As-Saffat (ayat 102-107).
Sejarah qurban memiliki makna yang sangat dalam bagi umat Islam. Pertama, qurban adalah bentuk ketaatan dan ketundukan kepada Allah SWT. Ketika seorang Muslim melaksanakan qurban, ia mengingat kembali pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS yang patuh kepada perintah Allah tanpa keraguan.
Kedua, qurban juga merupakan simbol kepedulian sosial. Daging hewan qurban dibagikan kepada mereka yang membutuhkan, termasuk fakir miskin. Ini mencerminkan nilai-nilai kasih sayang, solidaritas, dan keadilan sosial dalam ajaran Islam.
Ketiga, sejarah qurban mengajarkan nilai-nilai pengorbanan pribadi. Setiap Muslim yang melaksanakan qurban diharapkan untuk bersedia mengorbankan sebagian dari hartanya demi kebaikan bersama, yang pada akhirnya memperkuat rasa syukur dan keikhlasan dalam diri.
Pelaksanaan qurban dilakukan pada Hari Raya Idul Adha, yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah dalam kalender Hijriyah, serta pada hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah). Hewan yang boleh dijadikan qurban meliputi kambing, domba, sapi, dan unta.
Hewan-hewan tersebut harus memenuhi syarat tertentu, seperti cukup umur dan sehat, agar qurban tersebut sah menurut syariat Islam. Proses penyembelihan dilakukan dengan menyebut nama Allah (basmalah) dan takbir, serta dilakukan dengan cara yang baik dan tidak menyiksa hewan.
Setelah disembelih, daging hewan qurban dibagi menjadi tiga bagian: sepertiga untuk keluarga yang berqurban, sepertiga untuk kerabat dan tetangga, dan sepertiga lagi untuk fakir miskin.
Di luar sejarah qurban, pelaksanaan qurban yang dilakukan setahun sekali pada Hari Raya Idul Adha, nilai-nilai yang terkandung dalam ibadah qurban dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa cara untuk melakukannya antara lain:
Mengamalkan semangat qurban dengan cara membantu mereka yang membutuhkan, baik melalui sedekah, infak, maupun kegiatan sosial lainnya. Ini bisa dilakukan setiap saat dan menjadi kebiasaan yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Selain saat Idul Adha, semangat berbagi bisa diterapkan dalam berbagai kesempatan. Misalnya, dengan menyediakan makanan bagi yang membutuhkan, memberikan pakaian layak pakai, atau mendukung program-program sosial di lingkungan sekitar.
Mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu orang lain dan berkontribusi dalam kegiatan sosial. Ini termasuk menjadi relawan dalam kegiatan kemanusiaan atau mendukung upaya-upaya pembangunan masyarakat.
Menjaga ibadah sehari-hari dengan penuh ketaatan dan keikhlasan. Ini termasuk melaksanakan shalat, berpuasa, dan berbagai ibadah lainnya dengan sungguh-sungguh.
Dengan perkembangan teknologi, pelaksanaan qurban semakin mudah dan efisien, memungkinkan lebih banyak umat Islam untuk berpartisipasi dalam ibadah ini. Pada akhirnya, qurban adalah cerminan dari kasih sayang dan kepedulian kita terhadap sesama, sekaligus bentuk nyata dari ketaatan kita kepada Allah SWT.
Nilai-nilai ini tidak hanya relevan pada saat pelaksanaan qurban di Hari Raya Idul Adha, tetapi juga dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sejarah qurban mengajarkan kita banyak hal tentang ketaatan, keikhlasan, dan kepedulian sosial.