Heri Mahbub
Kenali keajaiban Utrujah (sitron) dan Tamar (kurma) dalam Quran Medis dan Thibbun Nabawi. Dua buah ini tak hanya menyehatkan tubuh, tapi juga menjadi simbol kemuliaan iman dalam hadis Nabi ﷺ. Temukan khasiat dan hikmahnya di sini.
Quran Cordoba - Dalam dunia pengobatan Islam klasik, Thibbun Nabawi atau pengobatan ala Nabi bukan sekadar kumpulan resep atau ramuan herbal, melainkan peta jalan menuju gaya hidup sehat yang menyatukan jasmani dan ruhani.
Salah satu bagian yang menarik untuk dikaji dalam Quran Medis adalah glosarium tumbuhan dan buah-buahan yang disebutkan Rasulullah ﷺ, di antaranya Utrujah (Sitron) dan Tamar (kurma).
Kedua buah ini tidak hanya dipuji karena khasiat kesehatannya, tetapi juga dijadikan Rasulullah ﷺ sebagai simbol akhlak dan spiritualitas manusia dalam hadis-hadisnya. Mari kita telusuri lebih dalam, bagaimana Quran Medis dan Thibbun Nabawi menggambarkan keutamaan dua buah ini, dan bagaimana keduanya bisa menjadi pelengkap hidup sehat, lahir dan batin.
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Permisalan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkannya adalah seperti buah Utrujah: rasanya enak dan baunya harum." (HR. Bukhari no. 5059)
Utrujah adalah buah sejenis jeruk besar yang dikenal harum, berwarna kuning cerah, dan memiliki rasa segar. Di berbagai wilayah Timur Tengah, buah ini memiliki banyak nama: Mutk di Hijaz, Kubbaad di Syam, Syikhookh di Uni Emirat Arab, dan Utrujah di Mesir dan Irak.
Ibnu Qayyim dalam Thibbun Nabawi mengulas secara mendalam struktur Utrujah: kulit, daging, zat asam, dan bijinya—semuanya memiliki khasiat medis.
Tidak mengherankan jika Rasulullah ﷺ menjadikan Utrujah sebagai perumpamaan bagi mukmin yang membaca Al-Qur’an: ia bermanfaat untuk dirinya dan orang lain, baik dalam aroma maupun rasa.
Dalam lanjutan hadis tersebut, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Orang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an, dan hanya mengamalkan isinya adalah seperti buah Tamar (kurma). Rasanya manis, tetapi tidak memiliki bau." (HR. Bukhari no. 5059)
Perumpamaan ini sangat indah. Kurma memiliki rasa lezat, kaya gizi, namun tidak menyebarkan aroma seperti Utrujah. Ia tetap bermanfaat, meski tidak tercium wanginya, karena menjaga diri.
Kurma dikenal sebagai superfood sejak masa Nabi. Dalam Quran Medis, kurma adalah buah multifungsi: makanan, minuman, obat, bahkan pemanis alami.
Berikut beberapa manfaat medis kurma yang dicatat dalam literatur Thibbun Nabawi:
Namun, Ibnu Qayyim juga memberi catatan penting: bagi mereka yang tinggal di daerah beriklim dingin dan tidak terbiasa mengonsumsi kurma, buah ini bisa menyebabkan sembelit atau gangguan pencernaan, bahkan sakit kepala dan gigi. Oleh karena itu, setiap makanan meski sehat, tetap perlu disesuaikan dengan kondisi tubuh dan iklim.
Mengapa Rasulullah ﷺ memilih Utrujah dan Tamar sebagai simbol mukmin? Jawabannya ada pada sifat dua buah ini:
Dan yang menarik, keduanya baik dan bergizi, menunjukkan bahwa setiap mukmin memiliki nilainya masing-masing di sisi Allah. Semuanya ada di Quran medis, panduan kesehatan ala Nabi, makanan yang halal dan thoyib.
Dalam konteks Quran Medis, pembahasan tentang Utrujah dan Tamar bukan semata perumpamaan spiritual dan orang beriman. Keduanya adalah bagian dari sistem pengobatan Islam yang telah jauh lebih dulu menyadari pentingnya fitonutrien, antioksidan, dan detoksifikasi alami.
Ilmu modern hari ini baru membuktikan khasiat sitrun dan kurma untuk:
Ternyata, buah-buah yang dipilih Rasulullah ﷺ dalam sabda beliau, menyimpan rahasia medis yang luar biasa. Itulah Quran Medis: merangkul kebenaran wahyu dan menyinergikannya dengan ilmu kesehatan yang terus berkembang.
Quran medis Mengenalkan Utrujah serta Tamar bukan hanya soal makanan dan buah-buahan. Ia bagian dari perjalanan iman dan spiritual. Ketika mukmin memilih makanan yang dicintai Nabi, sesungguhnya ia sedang merawat hatinya dengan sunnah dan tubuhnya dengan ilmu.
Iman disifati dengan rasa dan tilawah Al-Qur’an disifati dengan aroma (bau). Karena iman itu lebih kokoh pada diri seorang mukmin dibanding tilawah Al-Qur’an. Seseorang bisa saja mendapatkan iman tanpa membaca Al-Qur’an. Begitu pula rasa (tho’mun) lebih diinginkan daripada bau. Bau sesuatu itu bisa saja hilang, tetapi rasanya tetap ada. Tilawah akan memperkuat rasa sebagai mukmin.
Sebagaimana buah Utrujah yang wangi dan lezat, dan buah Tamar yang manis penuh gizi, semoga kita pun menjadi mukmin yang harum dalam akhlak dan lezat dalam iman.
Terakhir, jangan seperti orang munafik, lanjutan dari perumpamaan buah-buahan di hadis tersebut, untuk sifat munafik yaitu buah raihanah dan buah hanzholah
Artinya: “Orang munafik yang membaca Al Qur’an adalah bagaikan roihanah, baunya menyenangkan namun rasanya pahit. Dan orang munafik yang tidak membaca Al Qur’an bagaikan hanzholah, rasa dan baunya pahit dan tidak enak.” (HR. Bukhari)
Wallahu'alam