Heri Mahbub
Puasa Ramadan telah berlalu, tapi semangat menahan diri jangan sampai berlalu juga. Salah satu cara untuk menjaga bara semangat berpuasa tetap menyala adalah dengan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal. Selain itu, ada tradisi Halal Bihalal yang kadang menghalangi kita untuk shoum ketika berbarengan agendanya.
Quran Cordoba - Menariknya, di tengah ajakan untuk beribadah ini, masyarakat Indonesia juga sedang ramai-ramainya menjalankan tradisi halal bihalal — sebuah bentuk silaturahim khas nusantara pasca Idulfitri.
Lalu, adakah kaitan antara keduanya? Bisa kah kita menggabungkan semangat ibadah puasa sunah dengan momentum sosial seperti halal bihalal?
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: “Siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seakan-akan ia berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim)
Secara spiritual, puasa Syawal menjadi bentuk kelanjutan semangat ibadah dari pasca Ramadan. Setelah sebulan penuh menahan diri, kita diajak untuk tidak langsung “libur” dari amal saleh berpuasa. Ibadah shoum ini juga menjadi bentuk syukur kepada Allah atas nikmat menyelesaikan Ramadan dengan baik.
Namun, tantangan muncul saat masyarakat Indonesia menjalani tradisi halal bihalal, yang biasanya dipenuhi dengan kegiatan silaturahim, makan-makan, saling berbagi kue dan perjalanan ke rumah kerabat. Aktivitas ini sangat menyenangkan — tapi sering kali membuat rencana puasa Syawal jadi tertunda atau bahkan batal total, karena menghormati agenda makan bersama.
Mengapa puasa Syawal begitu istimewa? Salah satunya karena puasa ini mengikuti semangat puasa Ramadan, yang jika dikalkulasikan secara pahala seperti berpuasa setahun penuh. Dalam Islam, setiap kebaikan dilipatgandakan menjadi 10 kali lipat. Maka:
• Puasa Ramadhan = 30 hari × 10 = 300 hari
• Puasa 6 hari Syawal = 6 × 10 = 60 hari
• Total = 360 hari, setara 1 tahun H
Faktanya, puasa dan silaturahim bukan hal yang saling bertentangan. Justru keduanya ibadah bisa saling menguatkan jika dilakukan dengan bijak, ada dimensi ibadah sunah, spiritual juga sosial sekaligus. Mari kita lihat dari dua sisi:
Al-Quran memandu umat untuk sering bersilaturahim, jangan memutuskannya. Islam sangat menjunjung tinggi silaturahim. Bahkan Rasulullah menyebut bahwa siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahim.
Rasulullah bersabda tentang keutamaan silaturahim:
Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung silaturahim." (HR. Bukhari - Muslim)
Dalam konteks halal bihalal, kegiatan ini bukan hanya tradisi budaya, tapi juga bagian dari ibadah sosial. Namanya memang khas Indonesia, intinya saling meminta maaf, mempererat hubungan keluarga, dan menjaga ukhuwah adalah amal mulia pasca Ramadan.
Jadi, puasa Syawal semakin lengkap dengan nilai sosial melalui silaturahim.
Kita sering merasa enggan berpuasa karena merasa tidak bisa ikut “makan bersama” saat berkunjung ke rumah saudara. Tapi mari kita ubah cara pandang: justru puasa kita bisa menjadi inspirasi bagi orang lain untuk ikut mengamalkan sunnah ini.
Tidak perlu merasa canggung. Cukup sampaikan dengan santun bahwa kita sedang berpuasa Syawal. Sebagian besar orang akan memaklumi dan menghargai keputusan tersebut.
Lagipula, kita masih bisa ikut berkumpul, ngobrol, dan berbagi cerita meski tidak makan bersama. Itulah keindahan silaturahim — kehangatannya tidak hanya terletak pada makanan, tapi pada indahnya persaudaraan. Puasa syawal memberi Inspirasi di pertemuan sehingga semakin menguatkan pertemuan iman di hati.
________________________________________
BACA JUGA: 4 Keistimewaan Bulan Syawal dan Amalannya
Agar shoum 6 hari tetap bisa berjalan tanpa mengorbankan silaturahim, berikut beberapa tips praktis:
• Mulai Lebih Awal: Lakukan puasa sejak pekan pertama Syawal (hari pertama haram berpuasa). Cukup satu, atau dua hari, dengan begitu, kamu bisa menyelesaikan 6 hari selanjutnya lebih cepat dan tetap punya waktu mengatur halal bihalal.
• Gunakan Pola Cicil: Tidak wajib harus berturut-turut 6 hari. Tidak perlu berurutan, tidak mengapa. Bisa dicicil dua kali seminggu — misalnya Senin dan Kamis, atau sesuai jadwal kosong dari kegiatan silaturahim.
• Pilih Waktu Silaturahim di Sore Hari: Dengan begitu, kamu bisa tetap hadir dan ikut berbuka bersama, menjelang magrib, ini lebih menyenangkan dan suasana Ramadan seperti masih terasa ketika berbuka.
• Sampaikan dengan Luwes: Jika harus datang ke rumah kerabat saat puasa, cukup katakan dengan ramah, jika tidak bisa menyantap makanan bersama, katakana, “Saya lagi puasa Syawal, ya. InsyaAllah nanti mampir lagi pas bisa makan bareng.”
Meski memiliki banyak keutamaan, sudah punya niat dan semangat. Ibadah ini memiliki tantangan tersendiri, tidak mudah mengamalkannya jika belum terbiasa, di antaranya, karena:
Setelah sebulan berpuasa, tubuh mungkin sudah mulai terbiasa, tetapi setelah Idul Fitri, banyak orang mengonsumsi makanan lebih banyak. Mulai opor ayam, ketupat yang banyak, akhirnya kembali terasa berat jika tidak disiapkan dengan baik.
Bulan Syawal identik dengan hidangan lezat seperti ketupat, opor daging, dan kue kering. Menahan diri untuk berpuasa di tengah banyaknya makanan enak membutuhkan tekad kuat. Ini tantangan bagi yang hobinya makan, perlu pembiasaan.
Aktivitas kerja atau sekolah yang padat setelah libur lebaran bisa membuat seseorang kesulitan mengatur waktu untuk puasa sunah.
Beberapa orang merasa "lega" setelah Ramadhan usai dan kurang termotivasi untuk melanjutkan puasa sunah. Padahal, justru inilah ujian sebenarnya untuk konsistensi ibadah.
________________________________________
BACA JUGA: Tetap Menyala Pasca Ramadan: Pertahankan Semangat Ibadah di Bulan Setelahnya
Puasa Syawal dan silaturahim adalah ibadah bukan dua hal yang harus dipilih salah satu. Justru keduanya bisa dijalani secara harmonis — yang satu menjaga hubungan dengan Allah, yang lain mempererat hubungan antar manusia.
Ini bukti bahwa Islam adalah agama yang menyeluruh. Halal bihalal adalah bagian dari tradisi yang baik dan perlu umat melestarikannya. Ibadah tersebut tidak hanya mengajarkan kita untuk mendekat kepada Allah, tapi juga untuk menjalin kasih sayang dengan sesama.
Jadi, jangan ragu untuk berpuasa Syawal di tengah tradisi halal bihalal. Karena di sanalah kita menemukan keindahan Islam yang lengkap: ibadah dan silaturahim, ruhiyah dan sosial, terhubung antara langit dan bumi.
Wallahu'alam